Selasa, 29 Desember 2020

OASISTALA GELAR TEMU WICARA "Apakah KEK mandalika membawa berkah atau musibah"

Sabtu, 26 Desember 2020 OASISTALA LOTIM mengadakan gelar wicara yang bertema “Dampak Pembangunan KEK Mandalika di daerah Lombok Timur” yang bertempat di Kedai Mogen, Pancor, Lombok timur. Acara ini dihadiri sekitar 30 orang dari berbagai kalangan yaitu dari penggiat wisata, penggiat lingkungan dan akademisi. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja OASISTALA pada bidang Advokasi Lingkungan Hidup. 


Pembicara pada acara ini adalah Kepala Dinas PMPTSP Lombok Timur, Kepala Bidang Dinas Koperasi, Kepala Bidang Dinas Lingkungan Hidup, dan BPBD Lombok Timur. Sebagai pemantik diharapkan kehadiran bapak Sekda Lombok Timur, Namun pada kesempatan tersebut beliau tidak dapat hadir. Adapaun narasumber yang berhalangan hadir dari pihak DPRD Lombok Timur dan pihak Dinas Pariwisata Lombok Timur.

Acara ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Umum Oasistala Lombok Timur. Acara ini ditujukan untuk sharing pandangan terkait dampak pembangunan KEK Mandalika di daerah Lombok Timur dan mendapatkan informasi kondisi terkini tentang daerah Lombok Timur serta dampak-dampak peluang dan risiko dengan adanya pembangunan  KEK Mandalika. 
"Tentu OASISTALA yang berlatang belakang Lingkungan dan Adventure melalui kegiatan Temu wicara ini OASISTALA akan terus mengangkat sayapnya lagi. Sehingga akan menjadi proses yang berkelanjutan dan tidak akan luput dari esensi maupun nilai-nilai yang ada pada organisasi. Sehingga akan terus hidup dan dapat mampu menjawab segala persoalan lingkungan." Tuturnya

Bapak M. Irwan Khair, SE selaku kepala bidang Dinas Koperasi sebagai pembicara utama mengawali gelar wicara menuturkan bahwa dengan adanya Pembangunan KEK Mandalika ini memunculkan peluang meningkatkan perekonomian pada masyarakat khususnya UMKM yang ada di Lombok Timur. Kelompok-kelompok usaha dapat memanfaatkan peluang ini untuk membuat usaha patung pembalap MotoGP atau souvenir, dan lainnya. Sebagainya dengan melihat peluang pasar. Selain hal tersebut pembangunan KEK Mandalika ini juga dilihat dapat mempermudah akses modal kelompok UMKM di Lombok Timur, mengingat UMKM di daerah Lombok Timur sebagian besar bergerak pada sektor simpan pinjam, tuturnya.


Pembiacara kedua yakni Bapak Muchsin selaku Kepala Dinas PMPTSP menuturkan bahwa dampak positif dari pembangunan KEK Mandalika ini adalah meningkatnya investasi di daerah Lombok Timur. Pada 3 bulan pertama di awal tahun 2020 investasi di daerah Lombok Timur meningkat sebanyak 650%. Selain itu, para investor sudah memulai pergerakan dalam pembangunan penginapan di daerah Selatan Lombok Timur sebagai bentuk kesiapan menerima wisatawan yang akan berkunjung pada 2021 mendatang. Selain peluang investasi, juga terdapat peluang pariwisata dimana Lombok ini akan di bentuk bali-bali baru. Lombok ini akan mencapai Goalnya ketika MotoGP ini terselenggarakan, tutur Pak Muchsin.

Berbeda dari dua narasumber yang menyampaikan dampak positif adanya peluang, pembicara ketiga menyampaikan adanya dampak negatif atau risioko dari pembangunan KEK Mandalika ini jika terjadi pembangunan prasarana di daerah Lombok Timur. Dari perspektif lingkungan, pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Bapak M. Tohri Habibi selaku kabid P2KL menyampaikan pandangannya bahwa akan muncul berbagai dampak lingkungan seperti pencemaran lingkungan dari limbah dan sampah, berkurangnya lahan karena dialih fungsikan menjadi penginapan, serta semakin berkurangnya sumber air.
Dari data yang disebutkan pada tahun 2010 di daerah Lombok Timur terdapat 600 mata air, namun data terahir pada tahun 2020 sejumlah mata air mati sejak terjadi gempa pada tahun 2018. Data saat ini, di daerah Lombok Timur sumber mata air yang tersisa kurang dari 200. 

Pembicara terahir dari BPBD berbicara kondisi bentang alam daerah Lombok Timur dan zona-zona rawan bencana. Bang Iwan Setiawan mengatakan bahwa daerah Lombok Timur belum siap menerima pembangunan KEK Mandalika. Mengingat di Lombok Timur sudah krisis air sejak lama di daerah bagian Selatan, serta sumber mata air yang banyak mati akibat penambangan pasir. Semua wilayah yang ada di Lombok Timur merupakan zona-zona yang rawan akan bencana, tuturnya diakhir pembicaraan.


Sesi kedua setelah penampaian pandangan narasumber adalah sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab berjalan lancar dan diikuti antusias audiens baik dari penggiat wisata, penggiat lingkungan, dan pihak akademisi yang hadir saat itu. Di akhir acara narasumber menyampaikan closing statementnya dan disimpulkan oleh moderator acara. Acara ini dinilai cukup menarik karena dapat menambah informasi terkini mengenai kondisi daerah Lombok Timur. 

Dari OASISTAL sendiri mengharapkan kegiatan gelar wicara ini sebagai langkah awal dalam mengembalikan ruh organisasi yang selama ini di gaungkan yaitu mengadvokasi persoalan-persoalan lingkungan, yang artinya advokasi juga merupakan bentuk upaya untuk mempengaruhi kebijakan public dengan melakukan berbagai macam pola komunikasi persuasif. Bagi Oasistala, sendiri menjaga lingkungan tidak hanya dengan menanam dan merawat, juga penting melakukan suatu pembelaan terhadap kebijakan yang tidak pro kepada kelestarian lingkungan. Sebab permasalahan lingkungan selain menimbulkan bencana alam juga akan turut berimbas kepada tingkat kemiskinan. Terlalu sempit bilamana pecinta alam hanya berorientasi pada pemahaman petualangan saja. Namun penting juga menanamkan nilai-nilai perjuangan pembelaan demi terwujudnya kelestarian dan tentu atas dasar bumi kita yang satu.
(Alviani Mustika Sari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OASISTALA LOTIM MENGGELAR PENA DIPUNCAK RINJANI

SURAT CINTA UNTUKMU SERIKANDI OASISTALA

SURAT CINTA UNTUK MU SRIKANDI Dunia organisasi tidak mencetak manusia agar berfikir seberapa banyak uang yang akan dihasilkan. Tetapi dunia ...